Sunday, March 27, 2011

Kelainan pada sistem reproduksi karena kelainan sistem hormon

3/27/2011 03:11:00 PM

1.      Anatomi Vulva
Vulva adalah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labia mayora yang kebelakang menjadi satu dan membentuk kommiscura posterior dan perineum.
Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons veneris medial dari bibir besar ditemukan bibir kecil yang kearah perineum menjadi satu dan membentuk frenulum labiorum pudendi.

Di depan frenilium ini terletak fossa nauikullare. Kanan dan kiri dekat pada fossa havikulare ini dapat dilihat dua buah lubang kecil tempat saluran ke dua gandule bartholini bermuara. Ke depan labia minora menjadi satu dan membentuk prepusium klitoridis dan erenulum klitoridis di bawah preposium klitoridis terletak klitoris. Kira-kira 1,5 cm dibawah klitoris terdapat orifisum uretra.

2.      Anatomi Vagina
Vagina menghubungkan genetalia eksterna dengan genetalia interna introitus vagina tertutup pada himen, suatu lipatan selaput setempat. Pada koitus pertama himen robek di beberapa tempat dan sisanya dinamakan karun kulae mirtiformes. Bentuk lain yang ditemukan pada himen ialah himen kribriformis (menunjukkan beberapa lubang) dan himen septus. Kadang-kadang himen tertutup sama sekali (himen imperforatus). Besarnya lubang himen tidak menentukan apakah wanita tersebut masih virgo atau tidak. Hal ini baik diketahui oleh kedokteran atau kehakiman. Di Indonesia keutuhan selaput dara pada seorang gadis masih dihargai sekali, maka selayaknya dokter memperhatikan hal ini.
Vagina berukuran di depan 6,5 dan di belakang 9,5 cm. Sumbunya berjalan kira-kira sejajar dengan arah pinggir bawah simpisis ke promontorium. Arah ini penting di ketahui jika memasukkan jari ke dalam vagina pada pemeriksaan ginekolosi.
Pada pertumbuhan janin dalam uterus 2/3 bagian atas vagina berasal dari duktus milleri (asal dari endometrium). Sedangkan 2/3 bagian bawahnya dari lipatan-lipatan ektoderm. Hal ini penting diketahui dalam menghadapi kelainan-kelainan bawaan.
Epitel vagina terdiri atas epitel skuamosa dalam beberapa lapisan. Lapisan tidak mengandung kelenjar, akan tetapi dapat mengadakan transudasi pada anak kecil epitel itu amat tipis, sehingga mudah terkena infeksi.
Mukosa vagina berlipat-lipat horisontal, lipatan itu dinamakan ruga. Ditengah-tengah bagian depan dan belakang ada bagian yang lebih mengeras disebut kolumna rugarum. Ruga-ruga dapat dilihat pada 1/3 bagian distal vagina pada seorang virgo atau nailipara. Sedang pada wanita multipara lipatan-lipatan ini sebagian besar hilang. Di bawah epitel vagina terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh darah. Dibawah jaringan ikat terdapat otot-otot yang serupa dengan susunan otot usus.
Sebelah luar otot terdapat fosia (jaringan ikat) yang akan berkurang elastisitasnya pada wanita yang lanjut usia. Disebelah depan dinding vagina bagian bawah terdapat ureter sepanjang 2,5-4 cm. Bagian atas vagina berbatasan dengan kandung kencing. Dinding belakang vagina lebih panjang dan membentuk forniks posterior yang jauh lebih luas daripada froniks anterior.
Umumnya dinding depan dan belakang vagina dekat mendekati. Pada wanita yang telah melahirkan anak, pada kedua dinding vagina sering ditemukan tempat yang kendor dan agak merosot. Pada seorang virgo keadaan ini jarang ditemukan.

3.      Hormon yang Mempengaruhi Reproduksi Vagina
1.      Timus
Timus merupakan organ yang berubah mengikuti usia dan dianggap bermanfaat dalam proses tumbuh kembang. Dikenal 2 peprida timus yaitu :
v      Timosin x-1
v      Timosin b-4 yang berasal dari epitel timus.
Peptida ini berperan dalam aktifitas sekresi LH-RH pada masa puberitas. Selain itu secara khusus timosin x-1 bekerja meningkatkan sekresi kortikosteroid. Sehingga meningkatkan imunitas. Sedangkan timosin b-4 bekerja merangsang pelepasan LHRH dari hipotalamus. Dengan demikian berperan dalam sistem reproduksi.
Pada pihak lain di dalam sel epitel timus terdapat reseptor estrogen dan androgen. Dari kenyataan ini tampak bahwa steroid gonad mempengaruhi sistem imun, dan menyokong adanya proses timus hipotalamus-hipofisis. Bukti ini ditunjukkan oleh berubahnya respon imun selama kehamilan.
Pentingnya peranan timus pada reproduksi terlihat dari kenyataan bahwa pengangkatan timus memicu atresia folikel dan kegagalan ovarium dini.
Tiadanya timus secara kongenital ternyata mengakibatkan tiadanya vosit di dalam ovarium. Ini berarti bahwa peptida timus penting untuk mencegah atresia folikel.

2.      Tiroid
Tiroksin mempunyai khasiat hambatan terhadap sekresi prolaktin. Kekurangan hormon tyroid, khususnya nipotiroidisme primer menyebabkan kadar TRH endogen dan TSH meningkat.
Dan dengan meningkatnya kadar PRL plasma menyebabkan wanita dengan hipotiroid akan mengalami gangguan firtilitan yang berat dan menimbulkan gangguan siklus haid dan jaringan payudara akan lebih peka terhadap PRL. Meski dalam kadar yang normal sekalipun.
Hubungan tingginya kadar PRL dengan hiportiroid yaitu akibat tiadanya reaksi umpan balik negatif dari T3 dan T4 terhadap sipofisis. Anterior, maka hipofisis tersebut akan mengeluarkan hormon pelepas tiroid (TRT) dalam jumlah banyak dan akan memicu suatu T3 dan T4 maupun sekresi PRL.
Pengobatan terhadap tiroid yang akan menghasilkan keadaan entiroid menyebabkan TRH akan merosot dan kadar PRL yang tinggi akan menurun sehingga penderita akan mengalami haid siklik dan fossa hipofisil dapat kembali normal. Namun hipertiroid juga dapat mengganggu fertilitas pada seorang wanita meskipun tidak selalu. Pengaruhnya pada ovarium dapat menyebabkan gangguan siklus haid (oligomenorea, amenorea).

Diposting oleh

Berbagi informasi untuk semua. Internet, desain grafis, software dan lain sebagainya. Semuanya bebas untuk dinikmati disini. Jangan lupa tinggalkan komentar agar blog ini semakin maju dan tetap hidup. Terima kasih.

0 tanggapan, kritik, saran, serta komentar.:

Post a Comment


 

© 2014 Saonone's. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top