Saturday, May 4, 2013

Planet Asing Ini Miliki Oksigen, Bisakah Dihuni?

5/04/2013 12:03:00 AM


detail beritaWASHINGTON - Sebuah planet bernama Osiris, memiliki ukuran 2,5 kali lipat lebih besar ketimbang Jupiter. Planet yang memiliki massa 220 kali lipat lebih besar dari Bumi ini memiliki atmosfer dengan kandungan oksigen.


Dilansir Howitworksdaily, Kamis (2/5/2013), Osiris memiliki kode nama HD 209458b merupakan planet besar yang mengorbit bintang kerdil kuning. Bintang ini berjarak 150 tahun cahaya dari Bumi.

Osiris merupakan salah satu planet ekstrasurya yang pertama kali ditemukan dengan memiliki kandungan hidrogen, karbon dan oksigen. Dengan kandungan oksigen ini, peneliti meyakini bahwa planet ini memiliki uap air. 

Apakah planet ini dapat dihuni? pertanyaan yang masih menjadi misteri bagi para peneliti. Namun, kemungkinan ini menjadi tempat yang baik untuk mencari lingkungan yang layak huni.

Peneliti mengatakan bahwa atmosfer Osiris mengalami penguapan. Planet ini mengorbit pada bintang induknya di radius seperdelapan dari radius Merkurius dengan Matahari. Sehingga, planet ini memiliki suhu permukaan yang panas.

Konon, temperatur terpanas bisa mencapai sekira 1.000 derajat Celcius (1.832 derajat Fahrenheit). Sehingga, atmosfer Osiris mengalami peristiwa mendidih pada tingkat 10 ribu ton per detik dan meninggalkan tanda uap sepanjang 200 ribu kilometer. 

Bukti uap air ini didasarkan pada pengamatan yang pertama kali dibuat oleh teleskop luar angkasa Hubble pada 2007. Pada 2009, ilmuwan meyakini bahwa Osiris merupakan planet asing pertama di luar sistem tata surya yang menunjukkan bukti adanya air untuk mendukung kemungkinan munculnya kehidupan. (fmh)

Diposting oleh

Berbagi informasi untuk semua. Internet, desain grafis, software dan lain sebagainya. Semuanya bebas untuk dinikmati disini. Jangan lupa tinggalkan komentar agar blog ini semakin maju dan tetap hidup. Terima kasih.

0 tanggapan, kritik, saran, serta komentar.:

Post a Comment


 

© 2014 Saonone's. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top